Keberuntungan dan kesialan kadang datang tak diduga, ada orang yang biasa saja namun dipandang selalu beruntung oleh orang lain dan ada orang yang kelihatnnya selalu beruntung namun dia sendiri merasa kalau ia orang yang kurang beruntung.
Di sisi lain, tak sedikit orang yang sial melulu, entah dalam soal pekerjaan, jodoh, bisnis, atau apa pun. “Jadi sebenarnya keberuntungan dan kesialan itu ada?”
Untung ada psikolog Prof. Richard Wiseman dari University of Hertfordshire, Inggris. Pada tahun 1993 ia mengawali penelitian terhadap orang-orang “beruntung” dan “sial”. Penelitian yang berlangsung selama sepuluh tahun dengan objek penelitian 400 orang tersebut membawanya pada kesimpulan : keberuntungan atau kemalangan ditentukan oleh cara pikir, sikap, dan perilaku. Bukan nasib.
Orang “beruntung” pintar menciptakan dan melihat peluang sebelum mengambil keputusan yang tepat. Mereka menggunakan intuisi, membuat ramalan-ramalan positif tentang diri mereka, yang kemudian menjadi self fulfilling prophesy, dan tangguh di saat kejadian buruk menimpa. Kalau mengalami kejadian buruk, mereka akan bilang, “Untung tidak terjadi lebih buruk.”
Orang “sial” umumnya lebih tegang dan penggugup ketimbang yang “beruntung”. Padahal menurut penelitian, kegugupan mengganggu kemampuan kita dalam melihat hal-hal tak terduga. Orang “beruntung”, lantaran lebih rileks dan terbuka, lebih mampu melihat kesempatan. Tidak melulu terpaku pada yang sedang mereka cari.
Hasil penelitian ini menjelaskan pengakuan Robert Koch (1843 - 1910). Dalam Journal of Outdoor Life (1908) Robert Koch, penemu kuman antraks, kuman TBC, dan kolera dan penerima hadiah Nobel 1906 yang terkenal kegigihannya mengatakan, kesuksesannya karena “ ... saya nyasar ke jalur-jalur di mana emas masih berserakan. Memang, membutuhkan keberuntungan untuk membedakan mana emas mana bukan.” Berkat Richard Wiseman, tersedia penjelasan bagaimana keberuntungan bekerja bagi Koch dan … bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar