Adanya kenyataan bahwa beberapa orang bisa lebih mudah terserang virus flu dibanding orang lain walaupun dirinya telah mencuci tangan, minum banyak cairan, dan menghindari orang sakit. Dalam sebuah penelitian ternyata telah ditemukan bahwa ada alasan genetis yang menyebabkan seseorang sangat rentan terhadap flu.
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ilmuwan dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh terhadap telomer, yaitu protein topi di ujung kromosom yang dapat memendek seiring dengan bertambahnya usia. Semakin pendek telomer tersebut maka akan semakin kehilangan kemampuannya untuk dapat berfungsi dengan optimal. Dalam penelitian sebelumnya telah mengaitkan antara telomer yang lebih lama mempertahankan panjangnya dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular, kanker, dan demensia. Sekarang, peneliti telah menemukan bahwa orang dengan telomer yang lebih pendek juga lebih rentan terhadap flu.
"Panjang telomer secara umum telah diukur dalam sel darah putih, jadi kami berpikir bahwa panjang telomer dapat menunjukkan imunokompetensi. Telomer yang pendek menunjukkan bahwa sel kekebalan tubuh yang fungsional sangat sedikit untuk mengatasi infeksi virus," jelas Sheldon Cohen MD, penulis studi.
Para peneliti mengukur panjang telomer sel darah putih dari 152 partisipan sehat antara usia 18 hingga 55 tahun, kemudia mengekspos peserta dengan virus flu. Para peserta kemudian dikarantina selama 5 hari, sementara peneliti memantau untuk melihat peserta mana yang mengembangkan infeksi flu.
Hasilnya diketahui bahwa peserta dengan telomer yang lebih pendek lebih cenderung terinfeksi flu. Kebanyakan dari peserta yang mengembangkan flu, berusia di atas 22 tahun. Sehingga, orang yang lebih tua dengan telomer yang lebih pendek juga semakin rentan terhadap flu.
Cohen menyatakan bahwa seseorang yang sangat rentan terinfeksi virus flu, dapat melakukan pencegahan berbasis menjaga keadaan telomer, yaitu dengan berolahraga, tidur malam yang berkualitas, mengatasi stres, dan makan makanan bergizi. (detik)
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ilmuwan dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh terhadap telomer, yaitu protein topi di ujung kromosom yang dapat memendek seiring dengan bertambahnya usia. Semakin pendek telomer tersebut maka akan semakin kehilangan kemampuannya untuk dapat berfungsi dengan optimal. Dalam penelitian sebelumnya telah mengaitkan antara telomer yang lebih lama mempertahankan panjangnya dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular, kanker, dan demensia. Sekarang, peneliti telah menemukan bahwa orang dengan telomer yang lebih pendek juga lebih rentan terhadap flu.
"Panjang telomer secara umum telah diukur dalam sel darah putih, jadi kami berpikir bahwa panjang telomer dapat menunjukkan imunokompetensi. Telomer yang pendek menunjukkan bahwa sel kekebalan tubuh yang fungsional sangat sedikit untuk mengatasi infeksi virus," jelas Sheldon Cohen MD, penulis studi.
Para peneliti mengukur panjang telomer sel darah putih dari 152 partisipan sehat antara usia 18 hingga 55 tahun, kemudia mengekspos peserta dengan virus flu. Para peserta kemudian dikarantina selama 5 hari, sementara peneliti memantau untuk melihat peserta mana yang mengembangkan infeksi flu.
Hasilnya diketahui bahwa peserta dengan telomer yang lebih pendek lebih cenderung terinfeksi flu. Kebanyakan dari peserta yang mengembangkan flu, berusia di atas 22 tahun. Sehingga, orang yang lebih tua dengan telomer yang lebih pendek juga semakin rentan terhadap flu.
Cohen menyatakan bahwa seseorang yang sangat rentan terinfeksi virus flu, dapat melakukan pencegahan berbasis menjaga keadaan telomer, yaitu dengan berolahraga, tidur malam yang berkualitas, mengatasi stres, dan makan makanan bergizi. (detik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar