Subhanallah, cantiknya. Bila bunga anggrek sedang mekar apapun jenisnya pasti sangat menarik perhatian dan membuat hati ingin memilikinya. Jenis anggrek sangat banyak sekali. Ada juga jenis tanaman yang mempunyai bagian seperti kantung yang terbuka, memamerkan larik-larik cokelat hitam di tengah-tengah bidang berwarna kuning kehijau-hijauan. Itulah sosok bunga anggrek Kantung Semar asal Kalimantan, salah satu koleksi milik Centra Anggrek yang berada di dalam area Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP), TMII, Jakarta.
Selain Kantung Semar, berbagai jenis anggrek lain bisa dinikmati di sini. Misalnya, Anggrek Hitam asal Papua dan Dendrobium sp. berwarna putih asal Aceh yang tak kalah memikat. Ada juga beragam spesies anggrek lain semisal spesies Oncidium, Dendrobium, Vanda, atau Cattleya berbagai warna.
Indonesia memang dikenal sebagai pemilik jenis anggrek paling banyak dan tercantik di dunia. Menurut Budi Rustanto dari Laboratorium TAIP, terdapat hampir 3.500 spesies dan hasil silangan anggrek di Tanah Air kita ini. Jenis yang paling populer dan banyak dikoleksi adalah Dendrobium karena harganya terjangkau, memiliki banyak warna, dan lebih mudah perawatannya.
Budi menjelaskan, tak sulit membuat anggrek tumbuh subur dan berbunga cantik. “Yang penting dirawat dengan benar,” katanya. Apalagi anggrek juga bisa tumbuh subur di berbagai jenis iklim dan dataran. Pengembangbiakannya pun sangat mudah karena dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan teknik tertentu.
Hati-Hati Lembap
Perawatan semua jenis dan spesies anggrek sebetulnya sama. Namun langkah yang terpenting adalah rajin melakukan penyiraman, memberi makanan (pemupukan), vitamin, mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang, menjaga lingkungan agar sehat dan bersih, serta memerhatikan temperatur dan kelembapan. Pasalnya, tanaman anggrek bisa hidup di tiga jenis iklim, yakni dataran tinggi, dataran rendah, dan dataran sedang. Jika aspek-aspek ini diperhatikan, anggrek pasti akan tubuh subur, gemuk, dan terus berbunga.
Penyiraman sebaiknya dilakukan sehari dua kali, yakni pada pukul 6 – 9 pagi hari dan pukul 15 – 17 sore. “Pada musim penghujan, tak perlu disiram. Anggrek pada dasarnya memang suka air, tapi kalau kebanyakan, bisa-bisa malah busuk,” ujar Budi.
Penyiraman pun harus tepat, tidak boleh menyiram bunganya langsung karena bisa layu. “Siram mulai ujung daun sampai media tanam saja,” terang pria humoris yang sudah 20 tahun mengelola Laboratorium TAIP ini.
Bicara soal pupuk, anggrek termasuk fleksibel karena bisa menggunakan pupuk apa saja, baik pupuk kimia maupun pupuk buatan. Yang penting sesuai kebutuhan dan dosisnya. Nah, lakukan pemupukan setelah penyiraman, paling tidak seminggu dua kali, di pagi dan sore hari.
Sementara jenis hama dan penyakit yang “akrab” dengan anggrek antara lain jamur, busuk, kumbang gajah, belalang, dan lainnya. “Pengendaliannya bisa dengan insektisida dan fungsisida,” lanjut Budi.
Butuh Perhatian
Berbagai media tanam bisa digunakan untuk menanam anggrek. Sebut saja arang, pakis, daun kaliandra, sabut kelapa, moss, dan sebagainya. Ada juga yang menggunakan kayu pinus dicampur sekam. Contoh, kalau anggreknya ditaruh di pot, sebaiknya menggunakan arang supaya tidak mudah busuk. “Media tanam tidak terlalu berpengaruh, kok, yang lebih penting adalah perawatan," jelas Budi.
Perhatikan juga daya tahan masing-masing jenis media tanam tersebut. Arang bisa bertahan sekitar setahun sebelum diganti, sementara moss atau daun kaliandra paling tidak tiga bulan sekali harus diganti karena lembap. Jika tidak diganti, bisa menyebabkan pembusukan sehingga anggrek diserang jamur.
Yang tak kalah penting, merawat tanaman anggrek harus dengan penuh kepedulian, layaknya kita berhubungan dengan manusia atau makhluk hidup lain. “Kalau kita peduli, tanaman pun akan peduli. Ajak ia bicara, ganti media tanam, dan beri pupuk. Jangan heran kalau tanaman anggrek Anda tumbuh subur. Biasanya hanya berbunga satu tangkai, tiba-tiba menjadi 3 tangkai,” kata Budi.
Ya, bila Anda merawat anggrek dengan benar dan telaten, niscaya tanaman ia akan tumbuh subur dan sehat. Bunganya apalagi, tampil memikat.
Tanam dari Bibit Botol
Menanam anggrek sebenarnya tidak sulit. Contohnya menanam anggrek dari bibit botolan seperti disampaikan Budi Rustanto berikut ini :
- Keluarkan bibit dari dalam botol. Bibit yang digunakan biasanya berusia kurang lebih sembilan bulan. Untuk mengeluarkan bibit dari dalam botol bisa dengan memecahkan botol, memasukkan air, digoyang serta dikocok, menggunakan pinset atau kawat yang dibengkokkan. Selanjutnya, tarik bagian akar.
- Masukkan bibit tersebut ke wadah berisi air. Cuci sampai bersih, lalu tiriskan di atas kertas koran selama sekitar 10 menit.
- Setelah tiris, siapkan media tanam, bisa serutan kayu, sabut kelapa, pakis, moss, dan sebagainya.
- Isi sepertiga bagian pot dengan styrofoam, arang, pecahan genting, atau batu bata untuk sirkulasi udara. Setelah itu beri pakis yang sudah dicincang dan steril.
- Pisahkan bibit yang besarnya sama agar pertumbuhannya serempak. Satu pot biasanya diisi 25 – 30 bibit. Kalau ingin cepat besar, pot bisa diisi 15 bibit saja. Saat menaman, taruh media tanam (pakis, misalnya) sebaris, kemudian letakkan bibit berderet mengikuti media tanam. Letakkan lagi pakis, ikuti dengan bibit, terus sampai semua bagian pot terisi penuh. Tanam hanya sampai bagian akar supaya tidak busuk.
- Kurang lebih 2 – 3 bulan kemudian, jadilah komuniti pot atau kompotan (tanaman yang ditanam berkelompok). Pisah satu per satu ke dalam pot-pot sampai dewasa (individual pot/seedling).
- Tanam ke dalam pot dengan meletakkan 2 – 3 potong styrofoam di dasar pot, kemudian masukkan pakis ke separuh bagian pot. Tempelkan tanaman ke pakis, lalu tutup dengan pakis lagi. Tanam hanya bagian akar supaya tidak busuk dan tidak mengganggu tunas baru yang timbul.
- Setelah agak besar, pindahkan ke pot yang lebih besar.
Pengembangbiakan Anggrek
Pengembangbiakan tanaman anggrek bisa dengan cara alamiah seperti split, stek, atau keki (tanaman tumbuh di tanaman lain). Sementara pengembangbiakan dengan teknik dilakukan lewat hibridisasi dan kultur jaringan.
Hibridisasi butuh waktu kurang lebih sembilan bulan. Setelah sembilan bulan, baru kemudian bibit dikeluarkan dari botol. Sementara teknik kultur jaringan butuh waktu lebih lama, setahun lebih.
“Secara umum, tujuan hibridisasi adalah mencari varietas atau jenis anggrek baru yang unggul dan berkualitas dengan jalan penyilangan. Makanya sekarang ini banyak anggrek dengan bermacam-macam warna hasil hibridisasi,” jelas Budi yang pada 2004 memperoleh penghargaan sebagai Penangkar Benih Teladan DKI Jakarta dari Menteri Pertanian RI.
Kultur jaringan sendiri dilakukan untuk mempertahankan anggrek jenis tertentu supaya tidak hilang atau punah. Selain itu, untuk memperbanyak satu jenis anggrek menjadi ribuan dalam waktu singkat, dengan warna persis seperti induknya. Teknik ini biasanya dilakukan pada budidaya anggrek untuk bunga potong.
Semoga bermanfaat, selamat mencoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar